Kamis, 20 Juni 2013

askep infeksi nifas


MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFEKSI NIFAS




Disusun Oleh :

1.      MARLINA                                                1026010230
2.      ELI FAHMIATI                                       1026010216
3.      WENNY AFRIMADENNI.P                 1026010264



Dosen Pembimbing :

Ns. Pawiliyah, S.Kep.Man



JURUSAN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2013
KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu kami mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok dengan tema Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan infeksi nifas yang kami anggap sangat menarik untuk didiskusikan.
Di samping itu juga kami kelompok mengharapkan kritik dan sarannya apabila ada kesalahan kata ataupun cara penyusunan makalah ini sehingga dapat dijadikan perbaikan makalah kedepan.
Akhirnya kami selaku penulis mengucapkan terima kasih atas segala upaya dari semua pihak dari segi moril maupun materil, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya dan juga penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

            Bengkulu,         April  2013




Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I        PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2.Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II       TINJAUAN TEORITIS
                   2.1  Definisi............................................................................................... 5
                   2.2. Etiologi............................................................................................... 6
                   2.3. Faktor-Faktor Predisposisi.................................................................. 6
                   2.4. Patofisiologi........................................................................................ 7
                   2.5. Gejala Klinis....................................................................................... 7
                   2.6. Klasifikasi........................................................................................... 8
                   2.7  Manifestasi Klinis Pasien infeksi nifas............................................... 9
                   2.8. Penatalaksanaan................................................................................ 10
BAB III     ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFEKSI NIFAS
                   3.1. Pengkajian......................................................................................... 12
                   3.2. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 15
                   3.3. NCP Keperawatan ........................................................................... 23
BAB IV     PENUTUP
                   5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 27
                   5.2. Saran................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
                   Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang di sebabkan oleh masuknya kuman-kuman pada alat genetalia pada waktu persalinan.
                 Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian pada ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.

1.2.  Tujuan
Tujuan Umum
              Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi nifas.

Tujuan khusus
1.         Untuk mengetahui konsep dasar teoritis infeksi nifas
2.         Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi nifas, yang meliputi ; pengkajian,diagnosa keperawatan,intervensi



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1.  Definisi Infeksi Nifas
Infeksi puerperalis atau infeksi nifas adalah semua peradangan yang di sebabkan oleh masuknya kuman – kuman kedalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarono Prawiroharjo, 2005 : 689)

Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413)

Jadi yang di maksud infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri yang terjadi pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, di tandai dengan kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu


2.2.  Etiologi Infeksi Nifas
a.  Berdasarkan masuknya kuman kedalam alat kandung

Ø  Eksasogen       :  kuman datang dari luar
Ø  Autogen          :  kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh
Ø  Endogen          :  dari jalan lahir sendiri

b.  Berdasarkan dari kuman yang sering menyebabkan infeksi

Ø  Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi yang paling berat, khusus nya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril)
Ø  Staphylococcus aerus masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak di temukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit
Ø  Eschercia coli sering berasal dari kandung kemih atau rektum dan bisa menyebabkan infeksi terbatas pada perinium, vulva dan endometrium
Ø  Clostridium welchii, bersifat anaerob. Jarang di temukan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis

2.3.  Faktor-Faktor Predisposisi
Ø  Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia, nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah dan imunosupresi
Ø  Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama
Ø  Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir
Ø  Tertinggalnya selaput plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
Ø  Proses persalinan bermasalah; partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas

2.4.  Patofisiologi
Setelah kala III daerah bekas insertio plasenta merupakan daerah bekas luka berdiameter kira-kira 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol, karena banyaknya vena yang di tutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk perkembangbiakan kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, begitu juga vulva, vagina, perinium merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut :

a.       Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang di masukkan kedalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b.       Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas yang lainnya yang berada di ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bertugas harus di tutupi dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas di larang memasuki kamar bersalin.
c.       Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita     dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa di bawah melalui aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril dan alat-alat yang di gunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
d.      Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali jika menyebabkan pecahnya ketuban.

e.       Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum basanya terjadi pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali di lakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intrapartum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimblkan infeksi pula pada janin

2.5.  Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain
demam, sakit di daerah infeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu.
Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut:
Infeksi lokal
Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu badan meningkat.
Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat, pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma, gangguan involusi uteri, lokia berbau, bernanah dan kotor.


2.6.  Klasifikasi
1.      Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.
2.      Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena (pembuluh darah).
3.      Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
4.      Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium.

2.7.  Manifestasi klinis
Infeksi postpartum dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1.      Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
a.       Infeksi perinium vulva dan serviks
Tanda dan gejalanya :
*      Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau tanpa distensi urine
*      Jahitan luka mudah lepas, merah dan bengkak
*      Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu sekitar 38 C, dan nadi kurang dari 100x/menit
*      Bisa luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak bisa keluar, demam bisa meningkat hingga 39-40 C, kadang-kadang di sertai menggigil
b.      Endometritis
*      Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu.
*      Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.

2.      Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan endometrium.
Septikemia :
v  Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
v  Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil.
v  Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk, nadi cepat (140-160 kali per menit atau lebih).
v  Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
Piemia :
v  Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak meningkat.
v  Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
v  Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.
v  Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.
Peritonitis :
v  Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
v  Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat fasies hippocratica.
v  Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum.
v  Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan umum tidak baik.
v  Bisa terdapat pembentukan abses.
v  Selulitis pelvik :
v  Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
v  Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
v  Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
v  Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
v  Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.


2.8.  Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. selama kehamilan
pencegahan infeksi selama kehamilan antara lain :
v  Perbaikan Gizi
v  Koitus pada kehamilan tua sebaiknya di larang karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi
v  Personal Hygine
b. Selama persalinan
v  Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik
v  Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama
v  Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakai masker, alat-alat harus suci hama
v  Perlukaan jalan lahir karena tindakan pervaginam maupun perabdominan di bersihkan, dijahit sebaik-baiknya supaya terjaga sterilisasi selama masa nifas
v  Luka di rawat dengan baik, jangan sampai terkena infeksi, begitupula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril
v  Penderita dengan infeksi nifas sebaliknya di isolasi dalam ruangan khusus, tidak tercampur dengan ibu sehat
v  Tamu yang berkunjung harus di batasi

2.      Pengobatan
Ø  Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari sekret vagina, luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang sesuai dalam pengobatan
Ø  Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spectrum luas menunggu hasil laboratorium
Ø  Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus / transfusi darah
Perhatikan diet : TKTP
Ø  Lakukan transfusi darah 
Ø  Pengobatan kemoterapi dan antibiotika 
o   Kemasan sulfanamid dosis inisial 2 gram diikuti 1 gram 4-6 jam kemudian peroral, sediaan dapat berupa tablet biasa/force, bactrim
o   Kemasan penisilin
o   Tetrasiklin, eritromisin dan klorampenikol
o   Jangan diberikan politerapi antibiotika yang sangat berlebihan
o  Tidak ada gunanya memberikan obat-obatan yang mahal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
PADA PASIEN DENGAN INFEKSI NIFAS


3.1              Pengkajian
1.      Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan klien pernah menderita infeksi tenggorokan
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak, badan menggigil, gelisah, nyeri pada daerah luka operasi
a.       Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan salah satu anggota keluarga ada yang menderita infeksi tenggorokan.
2.      Data Dasar Pengkajian
a.     Aktivitas/istirahat
Biasanya klien mengeluh malaise, letargi, kelelahan/keletihan yang terus menerus (persalinan lama, stressor pasca partum multiple)
b.    Sirkulasi
Biasanya takikardi dari berat sampai bervariasi.
c.     Eliminasi
Biasanya BAB klien diare/konstipasi
d.    Nyeri/Keamanan
Biasanya nyeri abdomen bawah / uteri, nyeri tekan / nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen, sakit kepala.
e.     Pernapasan
Biasanya pernapasan cepat/dangkal.
f.     Integritas Ego
Biasanya klien gelisah/anxietas
g.    Hygiene
Gejala    :  Penurunan kemampuan/peningkatan kemampuan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Tanda    :  Kebersihan kurang
h.    Keamanan
Biasanya terjadi peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda infeksi dan dapat pula menggigil berat atau berulang

i.      Seksualitas
Biasanya pecah ketuban dini / lama, persalinan lama, subinvolusi uterus mungkin ada, lochea bau busuk dan banyak/berlebihan, tepi insisi kemerahan, edema, keras, nyeri tekan/mimisan dengan drainasi purulen
j.      Pemeriksaan diagnostik :
1. Sel darah putih : Normal/tinggi dengan pergeseran difrensiasi ke kiri
2. LED dan SDM : sangat meningkat
3. HB / HT : penurunan adanya anemia
4. Kultur dari bahan intra uterus / intra servikal / drainase luka / perawatan gram dari lochea servik dan uterus : mengidentifikasi organisme penyebab
5. Urinaritis dan kultur : mengesampingkan infeksi saluran kemih
6. Ultra sonografi : menentukan adanya fregmen-fregmen placenta yang tertahan, melokalisasi abses peritonium
7. pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis, masa/ pembentukan abses, atau adanya vena-vena dengan trombosis

3.2  Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon tubuh pada agen tidak efektif
2.      Resiko tinggi penyebaran infeksi b /d infeksi kerusakan kulit
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tidak adekuat

















3.3 NCP
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon tubuh pada agen tidak efektif
Tujuan : Gg rasa nyaman nyeri dapat teratasi
k/h  :  TTV dalam batas normal, wajah klien tampak rileks atau tidak meringis
           
Intervensi
Rasional
ü  Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan / nyeri
ü  berikan instruksi mengenal, membantu, mempertahankan kebersihan dan kehangatan
ü  Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi, memberikan aktivitas pengalihan seperti : radio, televisi, membaca


ü  Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan karenanya anjurkan dan berikan instruksi dalam penggunaan pompa payudara listrik / manual
ü  Kolaborasi :
a. Berikan analgetik / antipiretik

b.    Berikan kompres panas local dengan menggunakan lampu pemanas / rendam duduk sesuai indikasi
ü  Membantu dalam diagnosa banding keterlibatan jaringan pada proses infeksi
ü  Meningkatkan kesejahteraan umum dan pemulihan, menghilangkan ketidaknyamanan berkenaan dengan menggigil
ü  Memfokuskan kembali perhatian klien, meningkatkan prilaku positif dengan ketidaknyamanan

ü  Mencegah ketidaknyamanan dari pembesaran payudara, meningkatkan keadekuatan suplai ASI pada klien menyusui

ü  Menurunkan ketidaknyamanan dari infeksi

2.      Resiko tinggi penyebaran infeksi b /d infeksi kerusakan kulit
Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi
k/h  : mencapai pemulihan tepat waktu, bebas dari komplikasi tambahan
Intervensi
Rasional
ü  Tinjau ulang catatan prenatal, intra partum dan pasca partum
ü  Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan pengunjung
ü  Anjurkan/ demonstrasikan pembersihan perineum yang benar setelah berkemih, defekasi dan sering ganti balutan Anjurkan/ demonstrasikan pembersihan perineum yang benar setelah berkemih, defekasi dan sering ganti balutan
ü  Demonstrasikan masase fundus yang tepat
ü  monitor TTV
ü  Observasi tanda infeksi lain
ü  Anjurkan posisi semi powler
ü  Anjurkan ibu menyusui secara periodic memeriksa mulut bayi terhadap adanya bercak putih
ü  Kolaborasi :


- Pantau pemeriksaan laboratorium
- Anjurkan penggunaan pemanasan yang lembab
ü  Mengidentifikasi factor-faktor yang menempatkan klien pada kategori resti terhadap terjadinya penyebaran infeksi pasca partum
ü  Membantu mencegah kontaminasi silang
ü  pembersihan melepaskan kontaminasi urinarius/ fekal
ü  Meningkatkan kontraktilitas uterus dan involusi
ü  Peningkatan TTV menyertai infeksi, fluktuasi
ü  Memungkinkan identifikasi awal dan tindakan, meningkatkan resolusi infeksi
ü  Meningkatkan aliran lochea dan drainase uterus
ü  Sariawan oral pada bayi baru lahir adalah efek samping umum dari terapi antibiotic


3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat terpenuhi
k/h  : Hb/Ht dalam batas normal, penurunan berat badan
Intervensi
Rasional
ü  Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C bila masukan oral dibatasi
ü  Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/ hari jus, sup dan cairan nutrisi
ü  Anjurkan tidur/ istirahat adekuat
ü  Kolaborasi
- Berikan cairan/ nutrisi parenteral
ü  Protein membantu meningkatkan pemulihan dan regenerasi jaringan baru. Zat besi untuk sintesis Hb, vitamin.C memudahkan absorbsi zat besi dan untuk sintesis dinding sel
ü  Memberikan kalori dan nutrien untuk memenuhi kebutuhan metabolic, mengganti kehilangan cairan

ü  Menurunkan laju metabolisme, memungkinkan nutrient dan O2 untuk digunakan dalam proses pemulihan

ü  Untuk mengatasi dehidrasi, mengganti kehilangan cairan








BAB IV
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga kuman anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion, infeksi rumah sakit (hospital infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena ketuban pecah. Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium kemudian bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang muncul juga dapat memperburuk keadaan penderita.
5.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dapat memperbaiki perbuatan makalah yang akan datang.
Diharapkan kepada para pembaca terutama mahasiswa/i STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu dapat memahami konsep teori asuhan keperawatan Infeksi nifas.
DAFTAR PUSTAKA
            A.price sylvia, 2005 patofisiologi ,Jakarta: EGC
Hudono, S.T, 1994. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Junaidi. P. 1992. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi Ke 3. Jakarta : Media An Aesculapius FKUI.
Marlyn E. Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Rustam Mochtar, Prof. Dr. MPH, 1998, Sonopsis Obstetri, Jilid 1, EGC, Jakarta.
Sulaeman, S. 1981. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi. Bandung : FKUP.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar