MAKALAH
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
INFEKSI NIFAS
Disusun Oleh :
1.
MARLINA 1026010230
2.
ELI
FAHMIATI 1026010216
3. WENNY AFRIMADENNI.P 1026010264
Dosen Pembimbing :
Ns. Pawiliyah, S.Kep.Man
JURUSAN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2013
KATA
PENGANTAR
Terlebih dahulu kami mahasiswa STIKES Tri Mandiri
Sakti Bengkulu mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
tugas makalah kelompok dengan tema Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
infeksi nifas yang kami anggap sangat menarik untuk didiskusikan.
Di samping itu juga kami kelompok mengharapkan
kritik dan sarannya apabila ada kesalahan kata ataupun cara penyusunan makalah
ini sehingga dapat dijadikan perbaikan makalah kedepan.
Akhirnya kami selaku penulis mengucapkan terima
kasih atas segala upaya dari semua pihak dari segi moril maupun materil,
sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya dan juga penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bengkulu,
April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2.Tujuan.................................................................................................. 2
BAB
II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi............................................................................................... 5
2.2. Etiologi............................................................................................... 6
2.3. Faktor-Faktor
Predisposisi.................................................................. 6
2.4. Patofisiologi........................................................................................ 7
2.5. Gejala Klinis....................................................................................... 7
2.6. Klasifikasi........................................................................................... 8
2.7 Manifestasi Klinis Pasien infeksi nifas............................................... 9
2.8. Penatalaksanaan................................................................................ 10
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN INFEKSI NIFAS
3.1. Pengkajian......................................................................................... 12
3.2. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 15
3.3. NCP Keperawatan ........................................................................... 23
BAB
IV PENUTUP
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 27
5.2. Saran................................................................................................. 27
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa setelah
persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti
sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah
keadaan abnormal pada masa nifas yang di sebabkan oleh masuknya kuman-kuman
pada alat genetalia pada waktu persalinan.
Masa nifas
merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian pada ibu terjadi
setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada nifas terjadi pada 24 jam
pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa
nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu,
namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi
menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
1.2. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi nifas.
Tujuan khusus
1.
Untuk mengetahui konsep dasar teoritis infeksi nifas
2.
Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien
dengan infeksi nifas, yang meliputi ; pengkajian,diagnosa
keperawatan,intervensi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Definisi Infeksi Nifas
Infeksi puerperalis atau infeksi nifas
adalah semua peradangan yang di sebabkan oleh masuknya kuman – kuman kedalam
alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarono Prawiroharjo, 2005 :
689)
Infeksi puerperalis adalah keadaan yang
mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam,
1998 : 413)
Jadi yang di maksud infeksi puerperalis
adalah infeksi bakteri yang terjadi pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, di tandai dengan kenaikan suhu hingga 38 C atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Masa nifas adalah masa setelah
persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti
sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu
2.2. Etiologi Infeksi Nifas
a. Berdasarkan masuknya kuman
kedalam alat kandung
Ø Eksasogen
: kuman datang dari luar
Ø Autogen
: kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh
Ø Endogen
: dari jalan lahir sendiri
b. Berdasarkan dari kuman yang
sering menyebabkan infeksi
Ø Streptococcus haemolytieus aerobicus
merupakan sebab infeksi yang paling berat, khusus nya golongan A. Infeksi ini
biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril)
Ø Staphylococcus aerus masuk secara
eksogen, infeksinya sedang, banyak di temukan sebagai penyebab infeksi di rumah
sakit
Ø Eschercia coli sering berasal dari
kandung kemih atau rektum dan bisa menyebabkan infeksi terbatas pada perinium,
vulva dan endometrium
Ø Clostridium welchii, bersifat anaerob.
Jarang di temukan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada
abortus kriminalis
2.3. Faktor-Faktor Predisposisi
Ø Semua keadaan yang dapat menurunkan
daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia, nutrisi buruk, status sosial
ekonomi rendah dan imunosupresi
Ø Partus lama, terutama dengan ketuban
pecah lama
Ø Tindakan bedah vagina yang menyebabkan
perlukaan pada jalan lahir
Ø Tertinggalnya selaput plasenta, selaput
ketuban dan bekuan darah
Ø Proses persalinan bermasalah; partus
lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut keinfeksi dalam
masa nifas
2.4. Patofisiologi
Setelah kala III daerah bekas insertio plasenta merupakan
daerah bekas luka berdiameter kira-kira 4cm, permukaan tidak rata,
berbenjol-benjol, karena banyaknya vena yang di tutupi trombus dan merupakan
area yang baik untuk perkembangbiakan kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang
patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan,
begitu juga vulva, vagina, perinium merupakan tempat masuknya kuman patogen.
Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di
luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
a.
Tangan pemeriksa atau
penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi
membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain
adalah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang di masukkan kedalam jalan lahir
tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b.
Droplet
infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi yang berasal dari
hidung atau tenggorokan dokter atau petugas yang lainnya yang berada di ruangan
tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bertugas harus di
tutupi dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas di larang memasuki
kamar bersalin.
c.
Dalam rumah sakit
selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman
ini bisa di bawah melalui aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk,
kain-kain yang tidak steril dan alat-alat yang di gunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan atau pada waktu nifas.
d.
Koitus pada akhir
kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali jika menyebabkan
pecahnya ketuban.
e.
Infeksi intrapartum
sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu berlangsungnya persalinan.
Infeksi intrapartum basanya terjadi pada waktu partus lama, apalagi jika
ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali di lakukan pemeriksaan dalam.
Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia;
denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh
dan berbau. Pada infeksi intrapartum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada
waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimblkan infeksi pula pada
janin
2.5. Gejala Klinis
Infeksi
lokal
Infeksi
umum
2.6. Klasifikasi
3.
Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
2.7. Manifestasi klinis
Infeksi
postpartum dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1.
Infeksi yang terbatas pada perineum,
vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
a.
Infeksi perinium vulva dan serviks
Tanda
dan gejalanya :
Rasa nyeri dan panas
pada tempat infeksi, disuria, dengan atau tanpa distensi urine
Jahitan luka mudah
lepas, merah dan bengkak
Bila getah radang bisa
keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu sekitar 38 C, dan nadi kurang dari
100x/menit
Bisa luka terinfeksi
tertutup jahitan dan getah radang tidak bisa keluar, demam bisa meningkat
hingga 39-40 C, kadang-kadang di sertai menggigil
b.
Endometritis
Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa
plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan
kenaikan suhu.
Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
2.
Penyebaran dari tempat-tempat
tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan endometrium.
Septikemia
:
v Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
v Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat
dengan cepat, biasanya disertai menggigil.
v Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan
umum cepat memburuk, nadi cepat (140-160 kali per menit atau lebih).
v Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca
persalinan.
Piemia :
v Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah
merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak meningkat.
v Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta
menggigil terjadi setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
v Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu
meningkat dengan cepat disertai menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.
v Lambat laun timbul gejala abses paru,
pneumonia dan pleuritis.
Peritonitis
:
v Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu
tubuh, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense
musculaire.
v Muka yang semula kemerah-merahan menjadi
pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat fasies hippocratica.
v Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum.
v Peritonitis yang terbatas : pasien demam,
perut bawah nyeri tetapi keadaan umum tidak baik.
v Bisa terdapat pembentukan abses.
v Selulitis pelvik :
v Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu
minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam,
patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
v Gejala akan semakin lebih jelas pada
perkembangannya.
v Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan
padat dan nyeri di sebelah uterus.
v Di tengah jaringan yang meradang itu bisa
timbul abses dimana suhu yang mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun
disertai menggigil.
v Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri
perut.
2.8. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. selama kehamilan
pencegahan
infeksi selama kehamilan antara lain :
v Perbaikan Gizi
v Koitus pada kehamilan tua sebaiknya di
larang karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi
v Personal Hygine
b. Selama persalinan
v Hindari pemeriksaan dalam
berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik
v Hindari partus terlalu lama dan ketuban
pecah lama
v Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan
pakai masker, alat-alat harus suci hama
v Perlukaan jalan lahir karena tindakan
pervaginam maupun perabdominan di bersihkan, dijahit sebaik-baiknya supaya
terjaga sterilisasi selama masa nifas
v Luka di rawat dengan baik, jangan
sampai terkena infeksi, begitupula alat-alat dan pakaian serta kain yang
berhubungan dengan alat kandungan harus steril
v Penderita dengan infeksi nifas
sebaliknya di isolasi dalam ruangan khusus, tidak tercampur dengan ibu sehat
v Tamu yang berkunjung harus di batasi
2. Pengobatan
Ø Sebaiknya
segera dilakukan pembiakan (kultur) dari sekret vagina, luka operasi dan darah
serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang sesuai dalam pengobatan
Ø Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat Karena
hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spectrum luas
menunggu hasil laboratorium
Ø Pengobatan
mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus / transfusi darah
Perhatikan diet : TKTP
Ø Lakukan transfusi darah
Ø Pengobatan
kemoterapi dan antibiotika
o Kemasan sulfanamid dosis inisial 2 gram
diikuti 1 gram 4-6 jam kemudian peroral, sediaan dapat berupa tablet
biasa/force, bactrim
o Kemasan penisilin
o Tetrasiklin, eritromisin dan
klorampenikol
o Jangan diberikan politerapi antibiotika
yang sangat berlebihan
o Tidak ada gunanya memberikan
obat-obatan yang mahal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
PADA PASIEN DENGAN INFEKSI NIFAS
3.1
Pengkajian
1.
Riwayat Kesehatan
a.
Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan klien pernah menderita
infeksi tenggorokan
b.
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh badan lemah,
demam, nadi cepat, nafas sesak, badan menggigil, gelisah, nyeri pada daerah
luka operasi
a.
Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan salah satu anggota keluarga ada yang menderita infeksi
tenggorokan.
2.
Data Dasar Pengkajian
a.
Aktivitas/istirahat
Biasanya klien mengeluh malaise, letargi,
kelelahan/keletihan yang terus menerus (persalinan lama, stressor pasca partum
multiple)
b.
Sirkulasi
Biasanya takikardi dari berat sampai bervariasi.
c.
Eliminasi
Biasanya BAB klien diare/konstipasi
d.
Nyeri/Keamanan
Biasanya nyeri abdomen bawah / uteri, nyeri tekan
/ nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen, sakit kepala.
e.
Pernapasan
Biasanya pernapasan cepat/dangkal.
f.
Integritas Ego
Biasanya klien gelisah/anxietas
g.
Hygiene
Gejala : Penurunan
kemampuan/peningkatan kemampuan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
Tanda : Kebersihan
kurang
h.
Keamanan
Biasanya
terjadi peningkatan suhu tubuh yang merupakan tanda infeksi dan dapat pula
menggigil berat atau berulang
i.
Seksualitas
Biasanya pecah ketuban dini / lama, persalinan
lama, subinvolusi uterus mungkin ada, lochea bau busuk dan banyak/berlebihan,
tepi insisi kemerahan, edema, keras, nyeri tekan/mimisan dengan drainasi purulen
j.
Pemeriksaan diagnostik :
1. Sel darah putih :
Normal/tinggi dengan pergeseran difrensiasi ke kiri
2. LED dan SDM :
sangat meningkat
3. HB / HT :
penurunan adanya anemia
4. Kultur dari bahan
intra uterus / intra servikal / drainase luka / perawatan gram dari lochea
servik dan uterus : mengidentifikasi organisme penyebab
5. Urinaritis dan
kultur : mengesampingkan infeksi saluran kemih
6. Ultra sonografi :
menentukan adanya fregmen-fregmen placenta yang tertahan, melokalisasi abses
peritonium
7. pemeriksaan
biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis, masa/ pembentukan abses,
atau adanya vena-vena dengan trombosis
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon
tubuh pada agen tidak efektif
2. Resiko tinggi penyebaran infeksi b /d
infeksi kerusakan kulit
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b / d intake yang tidak adekuat
3.3 NCP
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon
tubuh pada agen tidak efektif
Tujuan
: Gg rasa nyaman nyeri dapat teratasi
k/h
: TTV dalam batas normal, wajah klien tampak rileks atau tidak meringis
Intervensi
|
Rasional
|
ü Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan / nyeri
ü berikan instruksi mengenal, membantu, mempertahankan
kebersihan dan kehangatan
ü Instruksikan klien dalam melakukan teknik relaksasi,
memberikan aktivitas pengalihan seperti : radio, televisi, membaca
ü Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien
memungkinkan karenanya anjurkan dan berikan instruksi dalam penggunaan pompa
payudara listrik / manual
ü Kolaborasi :
a. Berikan analgetik / antipiretik
b. Berikan kompres
panas local dengan menggunakan lampu pemanas / rendam duduk sesuai indikasi
|
ü Membantu dalam diagnosa banding keterlibatan jaringan pada
proses infeksi
ü Meningkatkan kesejahteraan umum dan pemulihan,
menghilangkan ketidaknyamanan berkenaan dengan menggigil
ü Memfokuskan kembali perhatian klien, meningkatkan prilaku
positif dengan ketidaknyamanan
ü Mencegah ketidaknyamanan dari pembesaran payudara, meningkatkan
keadekuatan suplai ASI pada klien menyusui
ü Menurunkan ketidaknyamanan dari infeksi
|
2. Resiko tinggi penyebaran infeksi b /d
infeksi kerusakan kulit
Tujuan : penyebaran infeksi tidak
terjadi
k/h : mencapai pemulihan tepat
waktu, bebas dari komplikasi tambahan
Intervensi
|
Rasional
|
ü Tinjau ulang catatan prenatal, intra partum dan pasca
partum
ü Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk
staf, klien dan pengunjung
ü Anjurkan/ demonstrasikan pembersihan perineum yang benar
setelah berkemih, defekasi dan sering ganti balutan Anjurkan/ demonstrasikan
pembersihan perineum yang benar setelah berkemih, defekasi dan sering ganti
balutan
ü Demonstrasikan masase fundus yang tepat
ü monitor TTV
ü Observasi tanda infeksi lain
ü Anjurkan posisi semi powler
ü Anjurkan ibu menyusui secara periodic memeriksa mulut bayi
terhadap adanya bercak putih
ü Kolaborasi :
- Pantau pemeriksaan laboratorium
- Anjurkan penggunaan pemanasan yang lembab
|
ü Mengidentifikasi factor-faktor yang menempatkan klien pada
kategori resti terhadap terjadinya penyebaran infeksi pasca partum
ü Membantu mencegah kontaminasi silang
ü pembersihan melepaskan kontaminasi urinarius/ fekal
ü Meningkatkan kontraktilitas uterus dan involusi
ü Peningkatan TTV menyertai infeksi, fluktuasi
ü Memungkinkan identifikasi awal dan tindakan, meningkatkan
resolusi infeksi
ü Meningkatkan aliran lochea dan drainase uterus
ü Sariawan oral pada bayi baru lahir adalah efek samping
umum dari terapi antibiotic
|
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b / d intake yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat terpenuhi
k/h : Hb/Ht dalam batas normal, penurunan berat badan
Intervensi
|
Rasional
|
ü Anjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi dan
vitamin C bila masukan oral dibatasi
ü Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/ hari jus, sup dan
cairan nutrisi
ü Anjurkan tidur/ istirahat adekuat
ü Kolaborasi
- Berikan cairan/ nutrisi parenteral
|
ü Protein membantu meningkatkan pemulihan dan regenerasi
jaringan baru. Zat besi untuk sintesis Hb, vitamin.C memudahkan absorbsi zat
besi dan untuk sintesis dinding sel
ü Memberikan kalori dan nutrien untuk memenuhi kebutuhan
metabolic, mengganti kehilangan cairan
ü Menurunkan laju metabolisme, memungkinkan nutrient dan O2
untuk digunakan dalam proses pemulihan
ü Untuk mengatasi dehidrasi, mengganti kehilangan cairan
|
BAB IV
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat
selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan
mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga kuman
anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion,
infeksi rumah sakit (hospital infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena
ketuban pecah. Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi,
ada infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium
kemudian bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan
limfe dan permukaan endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang muncul
juga dapat memperburuk keadaan penderita.
5.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih
banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
dapat memperbaiki perbuatan makalah yang akan datang.
Diharapkan kepada para pembaca terutama mahasiswa/i
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu dapat memahami konsep teori asuhan
keperawatan Infeksi nifas.
DAFTAR PUSTAKA
A.price sylvia, 2005 patofisiologi
,Jakarta: EGC
Hudono,
S.T, 1994. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Junaidi.
P. 1992. Kapita Selekta Kedokteran Jilid
I. Edisi Ke 3. Jakarta : Media An Aesculapius FKUI.
Marlyn
E. Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Rustam Mochtar, Prof. Dr. MPH, 1998,
Sonopsis Obstetri, Jilid 1, EGC, Jakarta.
Sulaeman,
S. 1981. Obstetri Patologi. Bagian
Obstetri dan Ginekologi. Bandung : FKUP.